Minggu, 01 Desember 2019

Kamu

Kamu jantungku
Nadi dari setiap denyut hidupku
Kamu jantungku
Detak hidup dalam jiwaku

Tetaplah berjuang untuk kita
Tetaplah berdiri untuk kita
Tetaplah taburkan rindu untuk kita
Tetaplah tersenyum untuk kita

Kamu
Kamu
Kamu
Kamu

Kamis, 10 Oktober 2019

Doa untuk puteriku

Ya Allah,
Jadikanlah putriku manusia yang terus belajar untuk tampil apa adanya. Agar mampu berdiri di tengah badai kehidupan dan mengasihi mereka yang tidak berdaya.

Ajarilah putriku menjadi manusia yang  berhati tulus dan bercita-cita tinggi. Agar sanggup memimpin dirinya sendiri, sebelum diberi kesempatan untuk memimpin orang lain.

Ya Allah,
Sinarilah putriku menjadi manusia yang bersikap sungguh-sungguh dalam setiap ikhtiarnya.

Rendah hati dalam kemenangan, tabah diri dalam kekalahan, mengerti bahwa Engkaulah sebagai landasan segalanya.

Ya Allah,
Jadikanlah putriku, manusia yang mengerti makna tawa ceria tanpa melupakan makna tangis duka. Manusia yang mampu menggapai masa depan cerah, namun tetap tahu masa lampau

Jadikan dia seperti maunya tanpa kehilangan identitasnya sebagai hambamu yang taat....aamiin

Selamat ulang tahun putriku yang manis..doa dan restu bapak selalu menyertaimu selamanya.

Rabu, 17 Mei 2017

Catatanku sore ini

Sebenernya aku gak tahu mo nulis apa, karna jujur setelah beberapa tahun kerja di dunia persilatan konstruksi 😁 daya hayal dan daya imajinasiku jadi berkurang 😄. Ehhh tapi tersisa dikit kemelowan diri yang kadang membuat hatiku gundah gulana tanpa merana 😞.

Kerja itu enak kalau gajinya mengiurkan dan kegiatannya gak bikin senewen 😊 tapi....  tidak ada tantangannya 😉. Sedangkan aku suka pekerjaan yang buat aku ngerasa dibutuhkan dan ada tantangan 😊 walaupun kadang bikin otak mendidih karna marah atau dikejar waktu 😩.

Hidup emang gak bisa datar aja pasti ada saatnya kita ketemu dimana kita merasa lemah, sakit dan hampir putus aja 😳.

Wihhhh kenapa aku jadi curhat yak😅 tapi namanya juga perempuan rada repong 😇.  Sampai jumpa lagi.

Senin, 08 Mei 2017

Air Nabeez

PUASA DAH DEKAT..
BUATLAH AIR NABEEZ UNTUK MINUM
SETIAP KALI SAHUR ATAU BUKA PUASA. SUNNAH YANG BANYAK ORANG TAK TAHU..

Air Nabeez

Air nabeez adalah minuman kesukaan Nabi Muhammad s.a.w.  Rendaman kurma dengan air masak sore hari rensan. Sahur esok minum. Insyaallah, perut mampu bertahan... Buat untuk sekali minum saja. Jangan simpan lama2 . Nanti masam dah tak boleh minum.

🍷Cara2 :

1. Ambil kurma  dalam bilangan ganjil. Buang bijinya Rendam dlm air masak secukupnya. Sore rendam pagi minum.
Pagi rendam sore minum.
2. Jangan disimpan di coolcase/lemari pendingin

3. Air nabiz boleh juga diminum sebelum sarapan pagi bila hari2 tidak puasa. Minum saat perut kosong.

🍹Selamat mencoba 😊

Minggu, 22 Januari 2017

Senin, 17 Oktober 2016

Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara Indonesia : Legenda Batu Menangis


Syahdan hiduplah seorang janda miskin pada masa lampau, Mak Dasah namanya. Ia tinggal
di sebuah gubug reyot di pinggir hutan. Mata pencahariannya sehari-hari adalah bekerja di ladang sempit peninggalan mendiang suaminya. Sepulang dari berladang, Mak Dasah biasa mencari kayu bakar di hutan. Kayu-kayu bakar itu lantas dijualnya di perkampungan penduduk yang jauh letaknya dari tempat tinggalnya.
Mak Dasah mempunyai seorang anak gadis. Jelita namanya. Sesuai namanya, wajah Jelita amatlah cantik. Sayang, Jelita sangat pemalas. Hari-harinya dihabiskannya untuk berdandan dan bercermin. Ia sangat mengagumi kecantikan dirinya. Meski berulangu kali Mak Dasah mengingatkan agar dia merubah kelakuannya itu, namun Jelita
enggan menuruti nasihat ibunya. Ia tetap sangat malas, enggan membantu kerepotan ibunya.
Selain pemalas, Jelita juga sangat manja. Apapun yang dikehendakinya harus dituruti ibunya. Jika tidak dituruti, Jelita akan marah¬marah. Meski begitu buruk kelakuan anaknya, Mak Dasah tetap sayang dengan anak perempuannya itu. Meski sangat kerepotan, namun Mak Dasah akan berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi setiap permintaan Jelita. Namun, Jelita senantiasa meminta dan terus meminta, dia tidak peduli dengan keadaan ibunya.
Pada suatu hari Mak Dasah mengajak Jelita ke pasar. Jelita mau diajak ke pasar dengan mem¬berikan syarat, "Aku tidak mau berjalan bersama dengan Ibu. Ibu harus berjalan di belakangku." Mak Dasah terpaksa menuruti permintaan
anak gadisnya itu.
Jelita berangkat ke pasar dengan mengenakan pakaian terbaru sekaligus terbaik yang dimilikinya. Ia juga berdandan secantik-cantiknya seperti jika ia hendak menghadiri sebuah pesta. Ia lantas berjalan di depan ibunya yang mengenakan pakaian lusuh. Ibu dan anak itu begitu jauh berbeda dalam penampilan hingga orang yang tidak mengenal mereka tentu tidak akan menyangka jika mereka sesungguhnya ibu dan anak.
Tersebutlah seorang pemuda yang bertanya pada Jelita, "Wahai gadis cantik, apakah wanita berbaju lusuh yang berjalan di belakangmu itu ibumu?"
Jelita sejenak memandang pemuda yang bertanya padanya Tampan wajah pemuda itu. Melihat ketampanan pemuda itu, Jelita tiba-tiba merasa sangat malu mengakui Mak Dasah selaku ibu kandungnya. "Bukan!" katanya. "Ia bukan ibuku, melainkan pembantuku."
Betapa sedih dan sakit hati Mak Dasah ketika mendengar jawaban anak perempuannya. Dinasihatinya agar Jelita tidak berani lagi berkata seperti itu. "Jelita, anakku. Aku ini ibumu, orang yang melahirkanmu. Sungguh, sangat durhaka kelakuanmu jika engkau berani menganggapku sebagai pembantumu! Sadarlah engkau, wahai anakku."
Namun, Jelita tak menganggap nasihat ibu¬nya. Ia bahkan kian menjadi-jadi. Kepada orang-orang yang bertanya padanya selama dalam perjalanan itu, Jelita senantiasa tegas menjawab jika perempuan tua yang berjalan di belakangnya itu adalah pembantunya.
Hati dan perasaan Mak Dasah sangat seperti teriris sembilu. Ketika ia tidak lagi dapat menahan kesakitan hatinya, berdoalah Mak Dasah, kepada Tuhan, "Ya Tuhan, hamba tidak lagi menahan penghinaan anak harnba ini! benar telah membatu hati anak hamba ini, karena itu, Ya Tuhan, hukumlah anak hamba durhaka itu menjadi batu!"
Doa Mak Dasah dikabulkan.
Tak berapa lama kemudian kedua kaki Jelita berubah menjadi batu. Jelita sangat takut. Betapa mengerikannya perasaan yang dialaminya ketika mendapati kedua kaki berubah menjadi batu. la kian ketakutan mendapati pinggangnya pun berubah membatu. Sadarlah ia, semua itu terjadi karena kedurhakaan besarnya kepada ibunya. Maka dia pun berteriak-teriak, "Mak, ampuni aku! Ampuni aku! Ampuni kedurhakaan anakmu ini, Mak"
Namun, semuanya telah terlambat bagi Jelita. Mak Dasah hanya terdiam. Sama sekali Mak Dasah tidak berusaha mengabulkan permohonan anaknya yang telah berbuat durhaka terhadapnya. Ia merasa telah cukup mengalami penderitaan yang diakibatkan anaknya itu. Hingga akhirnya seluruh tubuh Jelita berubah menjadi batu.
Batu jelmaan Jelita itu terus meneteskan air seperti air mata penyesalan yang menetes dari mata Jelita. Orang-orang yang mengetahtui adanya air yang terus menetes dari batu itu kemudian menyebutnya Batu Menangis
Pesan Moral Dari Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara Indonesia Batu Menangis adalah Durhaka terhadap kedua orang tua akan berbuah kemurkaan Tuhan kepada pelakunya. Kita hendaknya senantiasa menghormati orangtua dan patuh terhadap nasihat mereka.



Diambil dari http://dongengceritarakyat.com/

Kumpulan-Kumpulan Cerita Rakyat : Legenda Pulau Nusa



Tersebutlah seorang lelaki bernama Nusa. Ia tinggal di pinggir Sungai Kahayan bersama istri dan adik iparnya. Nusa setiap hari menggarap sawah dan juga menangkap ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Suatu ketika terjadi musim kemarau yang terus berkepanjangan. Sungai dan mata air mengering. Aneka tanaman merenggas dan layu. Seperti halnya warga lainnya, Nusa merasakan kesulitan yang sangat dalam musim kemarau yang berkepanjangan itu. Tanaman di sawahnya layu dan mati, diapun kesulitan untuk mencari ikan di sungai yang surut airnya itu. Nusa pun berkehendak untuk pindah ke daerah lain yang masih mempunyai sumber air untuk mendapatkan kehidupan yang lebih balk. Setelah menyiapkan bekal secukupnya, Nusa mengajak istri dan adik iparnya untuk berangkat. Dengan menaiki sebuah perahu kecil, mereka menuju hilir Sungai Rungan.
Perjalanan mereka menuju hilir Sungai Rungan itu tidak dapat lancar mereka lakukan. Sebatang pohon besar yang tumbang menghalangi laju perahu mereka. Satu-satunya cara agar mereka dapat meneruskan perjalanan adalah memotong batang pohon besar itu. Nusa dan adik iparnya segera bekerja memotong batang pohon itu dengan kapak. Sangat besar batang pohon itu hingga Nusa dan adik iparnya harus bekerja keras selama berjam-jam. Akibatnya, Nusa merasa lapar yang sangat. Nusa berkehendak mencari makanan di hutan untuk menghemat bekal mereka yang tidak seberapa. Nusa lalu mengajak adik iparnya menuju hutan.
Nusa menemukan telur yang cukup besar. Sekitar dua kali ukuran telur angsa. Nusa tidak mengetahui telur apa yang ditemukannya itu. Ia kemudian merebus telur itu dan memakannya sendirian karena istri dan adik iparnya tidak mau memakannya. Istrinya bahkan menyarankan agar Nusa tidak memakan telur itu. Namun, Nusa tetap bersikeras untuk memakannya.
Di tengah malam, Nusa terbangun dari tidurnya. Ia merasakan tubuhnya gatal luar biasa. Di sekujur tubuhnya juga terlihat bintik- bintik kemerah-merahan. Nusa telah menggaruk bagian-bagian tubuhnya, namun tidak juga mereda rasa gatal yang dirasakannya. Segera dibangunkannya istri dan adik iparnya untuk membantunya menggaruk. Namun demikian, Nusa tetap merasa gatal. Berbagai cara telah dilakukan, tetap juga rasa gatal yang dirasakan Nusa itu tidak juga berkurang. Adik ipar Nusa yang kebingungan lantas mencari bantuan ke perkampungan terdekat.
Keesokan paginya tubuh Nusa mengalami perubahan yang sangat mengejutkan. Bintik-bintik berwarna kemerah-merahan di sekujur tubuh Nusa telah berubah menjadi sisik-sisik. Tubuh Nusa dari bagian perut hingga kaki telah juga memanjang hingga menyerupai bentuk naga. Hanya bagian wajah hingga dadanya saja yang masih menyerupai manusia. Dalam keadaan seperti itu Nusa pun berujar pada istrinya, "Aku rasa, semua yang terjadi pada diriku ini bermula dari telur yang kumakan. Telur itu tentu telur naga. Sungguh, aku menyesal karena tidak mendengarkan nasihatmu. Namun, bagaimanapun halnya, penyesalanku tidak lagi berguna. Tuhan telah menakdirkan aku menjadi naga. Aku harus menerima takdirku ini"
Istri Nusa hanya bisa bersedih hati mendapati kejadian yang menimpa suaminya. Sementara warga yang dimintai tolong adik ipar Nusa akhirnya berdatangan. Mereka terheran-heran mendapati wujud Nusa tanpa bisa melakukan suatu tindakan apapun untuk menolong Nusa.
Di hadapan semuanya, Nusa berpesan, malam nanti akan turun hujan yang sangat lebat disertai angin badai yang dahsyat. Guntur dan petir akan sambar-menyambar: Air sungai Rungan akan meluap hingga membanjiri daerah-daerah di sekitar sungai Rungan itu. Nusa juga berpecan agar istrinya, adik iparnya, dan juga segenap warga mengungsi ke daerah yang aman. Nusa lantas meminta agar tubuhnya yang telah berubah menjadi naga dengan panjang lebih dari tiga kali pohon kelapa itu digulingkan ke sungai. Ia tidak tahan dengan terik panas sinar matahari. Naga jelmaan Nusa itu lantas berenang menuju muara Sungai Kahayan.
Pesan Nusa terbukti benar. Pada malam harinya keadaan di daerah itu persis seperti yang dipesankan Nusa. Hujan turun sangat deras, angin badai dahsyat menerjang, diiringi guntur dan petir yang sambung-menyambung. Permukaan Sungai Rungan terus meninggi dengan cepat. Banjir pun terjadi. Ketinggian air di daerah itu bahkan melebihi tingginya pepohonan. Istri Nusa, adik ipar Nusa, dan warga yang mendengarkan pesan Nusa dapat selamat setelah mengungsi di tempat yang aman.
Banjir besar di Sungai Rungan menyebabkan tubuh Nusa terbawa arus hingga akhirnya ia tiba di Sungai Kahayan. Sebelum menuju lautan luas, Nusa berkehendak berdiam di sebuah teluk yang dalam. Ia pun memangsa ikan-ikan yang berada di teluk itu. Ikan-ikan yang berdiam di muara Sungai Kahayan itu menjadi cemas dengan kehadiran Nusa. Dengan nafsu makannya yang luar biasa, para ikan khawatir, Nusa akan memangsa mereka semua. Para ikan lantas bertemu dan berunding untuk mencari cara agar terbebas dari malapetaka yang diakibatkan Nusa itu. Ikan saluang tampil dengan rencananya yang akhirnya disetujui oleh para ikan.
Ikan saluang lalu menghampiri Nusa untuk mewujudkan rencananya. Ia sebutkan kepada Nusa, bahwa di laut luas ada seekor naga besar yang hendak menantang Nusa. Katanya, "Tuan Naga, naga di laut itu ingin mengadu kesaktian dengan Tuan untuk membuktikan siapa naga terkuat."
Nusa sangat geram mendengar laporan ikan saluang. "Seberapa besar naga di taut itu?" tanyanya.
"Sesungguhnya naga itu tidak sebesar Tuan Naga," jawab ikan saluang. "Namun keberaniannya sungguh luar biasa tinggi. Ia sangat terusik dengan kehadiran Tuan Naga di muara Sungai Kahayan ini. Menurut kabar yang saya dengar, naga itu tengah menuju ke muara Sugai Kahayan ini untuk menyerang Tuan Naga!"
Bertambah-tambah kegeraman Nusa. Ingin segera didatanginya naga itu dan mengadu kekuatan dengannya. Namun, ikan saluang menyarankan agar Nusa menunggu saja di muara Sungai Kahayan itu. "Hendaklah Tuan Naga menyimpan tenaga untuk menghadapi naga besar itu di tempat ini. Jika Tuan Naga mencarinya di Laut luas, bisa jadi Tuan Naga akan ketelahan. Bukankah naga itu bisa
mengalahkan Tuan Naga jika Tuan Naga ketelahan?"
Nusa setuju dengan saran ikan saluang. Berhari-hari Nusa terus menunggu kedatangan naga besar dari taut dengan sikap waspada. Selama menunggu itu ia tidak berani tidur. Ia khawatir naga di laut itu akan menyerangnya ketika ia tengah tertidur. Karena telah berhari-hari tidak tidur, Nusa menjadi sangat mengantuk. Tertidurlah ia tak lama kemudian.
Ketika mengetahui Nusa tertidur, ikan saluang mendekati ekor Nusa. Berteriaklah ia sekeras¬kerasnya, "Bangun Tuan Naga! Musuhmu telah datang! Musuhmu telah datang!"
Nusa terperanjat mendengar teriakan ikan saluang. Cepat ia memutarkan kepalanya. Gerakannya yang tiba-tiba itu membuat air sungai bergolak-golak. Ia menyangka bergolaknya air sungai itu disebabkan kedatangan musuhnya yang akan menyerangnya. Padahal, bergolaknya air itu disebabkan oleh gerakan ekornya sendiri. Nusa langsung menyerang. Digigitnya ekornya sendiri yang disangkanya musuhnya itu hingga ekornya terputus!
Nusa menjerit kesakitan ketika ekornya putus. Ikan saluang segera memanggil ikan-ikan lainnya untuk menggigiti luka pada tubuh Nusa. Nusa yang tidak berdaya kian kesakitan akibat gigitan ikan-ikan itu. Kekuatan tubuhnya terus melemah dan ia pun akhirnya tewas setelah kehabisan darah. Seluruh ikan terus memangsa dagingnya hingga hanya tersisa tulang-belulang Nusa.
Tulang-belulang Nusa akhirnya tertimbun oleh lumpur dan tanah. Aneka pepohonan kemudian tumbuh di tempat itu hingga akhirnya terbentuk sebuah pulau. Warga menyebut pulau di muara Sungai Kahayan itu dengan nama Pulau Nusa.
Pesan Moral dari Kumpulan-Kumpulan Cerita Rakyat : Legenda Pulau Nusa adalah kita hendaklah mendengarkan saran dan nasihat orang lain demi kebaikan diri kita sendiri. Orang yang keras kepala dengan mengabaikan saran kebaikan akan merasakan kerugian sendiri di kemudian hari.

Diambil dari http://dongengceritarakyat.com/