Senin, 27 Februari 2012

Meremehkan Dosa

Senin, 27 Pebruari 2012 15:05 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Prof Dr KH Achmad Satori Ismail

Diriwayatkan dari Abdullah bin Masud, Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah dosa-dosa kecil karena bila berkumpul pada seseorang akan menghancurkan dirinya.” Dan, sesungguhnya Rasulullah SAW membuat perumpamaan, bagaikan suatu kaum yang turun ke suatu lembah, lalu hadir pemimpin kaum itu dan menyuruh setiap orang membawa satu potong kayu kecil dan terkumpullah setumpuk kayu yang banyak lalu dibakar sehingga bisa membakar apa saja yang dilempar ke dalamnya.(HR Ahmad).

Imam Ghazali berkata, “Dosa-dosa kecil saling menarik sahingga pada akhirnya orang mukmin  bisa mengahancurkan pokok keimanannya.” ( Faidhul Qadir juz II hal 127). Para ulama terdahulu sudah mewaspadai bahaya dosa-dosa kecil dan besar sehingga mereka berusaha menjauhinya. Bahkan, mereka melihat dosa-dosa kecil sebagai dosa besar.

Al-Ghazali menambahkan, dosa kecil menjadi besar karena menganggap kecil dosa tersebut atau karena dilakukan secara terus-menerus. Bila seseorang menganggap yang kecil sebagai dosa besar maka menjadi kecil di hadapan Allah. Dan, sebaliknya bila menganggap dosa sebagai dosa kecil maka dianggap besar di hadapan Allah. Karena, orang menganggap dosa sebagai besar karena adanya penolakan hati untuk melakukannya.

Anas ra berkata, “Sesungguhnya kamu sekalian melakukan amalan yang menurut kamu lebih kecil dari rambut, padahal kami di masa Nabi menganggapnya sebagai dosa-dosa besar. Rasulullah menegaskan dalam hadisnya bahwa  seorang wanita disiksa karena seekor kucing yang dikurungnya sehingga mati. Dia tidak memberi makan minum dan tidak membiarkan kucing memakan dari tumbuhan di tanah.” (HR Al Bukhari, Muslim, Ahmad, Ibnu Majah).

Karenanya, bila seorang menganggap remeh  dosa-dosa kecil maka imannya sudah terkontaminasi dan hilanglah kewibawaannya karena selalu menganggap kecil segala sesuatunya. (Faidhul Qadir juz III hal 127).

Dosa kecil bisa menjadi perusak iman karena dua hal; banyaknya dosa kecil terkadang bisa menjadi malapetaka iman. Dan, menganggap remeh dosa kecil akan menjadi dosa besar di hadapan Allah.

Untuk itu, langkah pertama yang harus dilakukan adalah muhasabah. Seperti dikatakan Ibnu Masud, “Sesungguhnya seorang mukmin melihat dosa-dosanya seakan dia duduk dan di atasnya ada gunung yang khawatir akan menindihnya, tetapi orang kafir melihat dosa-dosanya seperti lalat yang hinggap di atas hidungnya.”

Ada dua hal yang menyebabkan dosa-dosa kecil menjadi berbahaya. Pertama, jumlahnya yang menumpuk hingga membawanya pada kehancuran. Kedua, menganggap remeh dosa-dosa kecil dan Allah menganggapnya sebagai dosa besar.

Sikap yang kedua, bermujahadah dan terus berusaha melawan godaan setan. Ketiga, mengetahui akibat negatif dosa yang akan menimbulkan ketidaktenteraman hati, kesengsaraan, dan siksa neraka yang pedih. Keempat, menjauhi semua penyebab dosa dengan cara menjaga pandangan mata, lisan, dan kemaluan.  Wallahu a’lam.
Redaktur: Heri Ruslan

Inilah Celah-celah Keharaman dalam Menu Vegetarian

Sabtu, 25 Pebruari 2012 06:58 WIB
REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh Dyah Ratna Meta Novia

Sepintas, hidangan yang tersaji  di restoran vegetarian itu terlihat seperti daging sapi atau kambing.  Ketika dicium dan dirasakan, aroma dan rasanya pun, laiknya daging sapi atau kambing.  Ternyata, hidangan dengan bentuk, rasa dan aroma daging itu terbuat dari sayur-sayuran.

Ketika berada di sebuah wilayah yang mayoritasnya bukan Muslim, restoran vegetarian biasanya menjadi pilihan. Alasannya, restoran itu tak menyajikan menu berbahan daging yang diragukan kehalalannya. Namun, benarkah aneka hidangan vegetarian itu benar-benar dijamin kehalalannya?

Ternyata, umat Muslim pun perlu lebih berhati-hati dalam mengonsumsi hidangan vegetarian. ‘’Pada kondisi normal, lebih baik kita perhatikan lebih seksama. Siapa tahu ada komponen yang bermasalah,’’ ungkap Direktur Eksekutif Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI), Lukmanul Hakim.

Menurut dia, ada beberapa alasan orang memilih menu vegetarian. Pertama alasan keyakinan, yang datang dari para penganut agama tertentu yang melarang pemeluknya mengkonsumsi hewan. Kedua, alasan kesehatan,  semakin banyak orang yang mengalami gangguan obesitas atau penyakit lainnya yang disebabkan oleh menu hewani.

‘’Alasan ketiga adalah masalah selera, banyak orang ingin mencoba-coba saja menu yang dirasakan aneh dan unik tersebut,’’ ujar Lukmanul. Dari aspek keyakinan, sebenarnya ada beberapa aliran vegetarian. Ada aliran vegetarian absolut, yang sama sekali tidak mengizinkan semua bentuk hewan dan produk turunannya.

Selain itu, ada pula aliran lain yang  masih memperbolehkan produk susu dan olahannya dalam menu makanan dan minumannya. Ada pula aliran moderat yang hanya melarang daging hewan, tetapi masih membolehkan produk-produk turunan hewan, seperti gelatin, kaldu dan sebagainya.

‘’Banyaknya aliran vegetarian itu menimbulkan kebingungan tersendiri bagi umat Islam yang ingin mencoba menu vegetarian,’’ papar Lukmanul. Apa pasal?  Ternyata, masakan vegetarian beraliran moderat, berpotensi menggunakan kaldu atau produk turunan babi, semisal gelatin.

Dari aspek kesehatan, vegetarian sebenarnya adalah antitesis dari menu yang cenderung berdaging dan berlemak. Banyaknya pola makanan yang kaya daging dan lemak, kerap kali menyebabkan rusaknya keseimbangan pola makan. Akibatnya, cenderung pada obesitas (kegemukan), gangguan kolesterol, tingginya trigliserida dan berakibat pada terganggunya tekanan darah, jantung dan fungsi-fungsi lainnya.

Guna membuat keseimbangan baru, vegetarian tentu saja cukup efektif dan bermanfaat bagi orang-orang yang sudah mengalami gangguan tersebut. Atau orang yang sudah berpotensi dan ingin menghindari akibat negatif ini.

Namun perlu juga diperhatikan ketika mengonsumsi vegetarian sejak kecil, justru bisa menyebabkan ketidakseimbangan lain yang menyebabkan kekurangan zat-zat tertentu pada tubuh. Contohnya kolesterol, sebenarnya pada usia anak dan remaja, zat tersebut sangat dibutuhkan untuk pembentukan sel-sel otak.

Waspadai Kehalalannya

Menurut Lukmanul, dari aspek kehalalan, ada beberapa hal yang perlu dicermati terhadap menu vegetarian ini. Pertama,  konsumen  harus mengetahui, aliran vegetarianyang dianut pengelola restoran tersebut. Apakah absolut atau moderat?  Jika moderat,  tentu saja kita harus melihat secara lebih teliti bahan-bahan apa saja yang ditambahkan dalam menu masakan tersebut.

Untuk vegetarian yang absolut pun kita masih harus melihat lebih dalam lagi ke resep inti dari masakan tersebut.  ‘’Dari bahan baku, mereka memang tidak menggunakan daging atau sumber hewani lainnya. Termasuk untuk kaldu dan bahan tambahan lainnya. Tetapi untuk mendekati rasa hewani, seperti rasa daging, rasa ayam, rasa ikan dan sebagainya, mereka ternyata juga menambahkan flavor atau pencita rasa yang khusus,’’ papar Lukmanul.

Dari temuan yang pernah didapatkan di sebuah perusahaan makanan vegetarian dari Taiwan, kata Lukmanul,  diketahui bahwa flavor yang digunakannya ternyata menggunakan bahan-bahan turunan hewani. Bahan tersebut memang tidak langsung dari hewan, tetapi menggunakan produk-produk mikrobial yang medianya dari bahan hewani.

Misalnya yang banyak digunakan adalah IMP dan GMP yang merupakan produk-produk mikrobial. ‘’Ternyata media yang digunakannya ada yang berasal dari bahan hewani yang tidak halal,’’ ungkap Lukmanul.

Penggunaan minuman keras, kata Lukmanul, perlu diwaspadai dalam menu vegetarian.  Sebab, vegetarian tidak melarang minuman keras, baik untuk diminum maupun digunakan dalam menu masakan. Penggunaan minuman keras ini juga menimbulkan persoalan tersendiri untuk kehalalan.

‘’Jadi jangan langsung menganggap bahwa vegetarian sama dengan, halal. Kalau memang tidak ada alternatif lain, mungkin memang lebih baik memilih vegetarian. Tetapi tetap hati-hati dan waspada,’’ ujar Lukmanul.

Kamis, 09 Februari 2012

WarnaKu

Biru HariKu..
Sebenarnya biru mempunyai banyak arti buatku seharian ini.
Merasakan semangat bekerja dan selalu tersenyum manis menyongsong awal bekerja, diawali berjibaku dengan naik koantas bima aku sampai di kantor.