Rabu, 27 Februari 2013

Tidur Berkualitas Dorong Anak Punya Daya Ingat yang Kuat Rahma Lillahi Sativa - detikHealth

Jakarta, Selama ini jam tidur yang tidak memadai atau kualitas tidur yang buruk seringkali dikaitkan dengan rendahnya kondisi kesehatan atau penurunan performa kerja pada orang dewasa. Tapi baru-baru ini sebuah studi mengungkap bahwa kondisi serupa juga bisa dialami oleh anak-anak.

Menurut tim peneliti dari University of Tuebingen, Jerman, anak yang memiliki jam tidur yang cukup memiliki daya ingat yang tinggi, termasuk performa akademis yang baik di sekolah. Kok bisa?

Anak-anak diketahui mampu melakukan proses pembelajaran secara lebih baik karena seorang anak dapat mengubah wawasan yang bersifat 'implisit' menjadi 'eksplisit' secara lebih efektif.

Wawasan eksplisit adalah informasi yang tersimpan di dalam pikiran sedangkan wawasan implisit merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu meski tak pernah mengetahui bagaimana caranya atau belajar sebelumnya (pengalaman). Implisit sebenarnya dapat diubah menjadi eksplisit dan begitu juga sebaliknya namun efek tidur terhadap daya ingat seseorang belum pernah dipelajari secara ekstensif sebelumnya, terutama pada anak-anak.

Untuk itu ketua tim peneliti, Dr. Jan Born dan rekan-rekannya melatih 28 anak-anak dan orang dewasa untuk menekan tombol-tombol yang terletak pada sebuah panel dalam urutan tertentu menggunakan metode trial and error. Kemudian setelah tidur semalaman, partisipan diminta untuk mengingat-ingat kembali urutan tombol-tombol yang harus ditekan. Dari situ diketahui bahwa performa partisipan anak saat melakukan tes daya ingat ini jauh lebih baik daripada orang dewasa.

Usut punya usut hal ini ada kaitannya dengan tahapan terdalam pada tidur yang ditandai adanya pola otak yang disebut slow wave activity, gelombang listrik yang berseliweran ke penjuru otak dan biasanya terjadi satu kali dalam satu detik atau 1.000 kali dalam semalam. Slow wave activity telah lama dipercaya berkontribusi terhadap pengembalian mood dan sumber kemampuan belajar, berpikir dan mengingat sesuatu pada manusia.

Dari studi peneliti menemukan bahwa anak-anak memiliki slow wave activity yang lebih lambat, artinya performa memori eksplisitnya juga lebih baik ketimbang orang dewasa.

"Meskipun manfaat tidur terhadap daya ingat anak telah terbukti namun sebenarnya efeknya tak lebih besar bila dibandingkan dengan yang terjadi pada orang dewasa. Hanya saja jika sebelum tidur dilakukan pelatihan gerakan motorik berurutan (seperti dalam studi) maka anak-anak akan memperoleh keuntungan yang lebih besar dalam memaparkan wawasan eksplisit dari pelatihannya semalam setelah tidur," terang Dr. Born seperti dikutip dari Daily Mail, Selasa (26/2/2013).

"Anak-anak cenderung memiliki wawasan eksplisit yang lebih besar karena slow wave activity-nya yang lebih tinggi dan aktivasi hippocampal (bagian terbesar otak) yang lebih kuat terhadap pemulihan wawasan eksplisit," tambahnya.

Dengan kata lain studi ini mengindikasikan bahwa keunggulan anak-anak dalam mengekstrak berbagai fitur dari lingkungan yang kompleks bisa jadi merupakan hasil dari peningkatan pemrosesan kualitas representasi memori di dalam hippocampal saat tidur, terutama saat mencapai tahapan slow-wave. Tentu saja hal ini memberikan keuntungan tersendiri bagi anak-anak yang jam tidurnya memadai atau kualitas tidurnya lebih baik.

Studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal Nature Neuroscience.

Disadur dari http://health.detik.com

Ini Caranya Agar Bayi Punya IQ Tinggi Sejak dalam Kandungan

Jakarta, Setiap orang tua tentu menginginkan putra putrinya lahir dengan sehat dan tumbuh menjadi anak yang cerdas. Bila ingin memiliki anak ber-IQ tinggi, orang tua sebaiknya mempersiapkan sejak bayi masih dalam kandungan.

Para ahli kesehatan telah mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan IQ bayi saat ia dalam rahim ibu. Makan makanan sehat dan merangsang anak yang belum lahir saat masih dalam kandungan, dapat menciptakan sambungan di otak untuk meningkatkan kecerdasan dan konsentrasi, yang membantunya belajar di kemudian hari.

Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan IQ anak sejak ia masih dalam kandungan, seperti dilansir Onlymyhealth, Rabu (27/2/2013):

1. Sering mengajak janin bicara

Janin yang sedang berkembang di rahim sudah dapat mendengar suara yang terjadi di luar rahim setelah kehamilan 23 minggu. Bayi dalam kandungan memiliki kemampuan yang terbatas untuk mendengar, tetapi dapat membedakan suara ibunya.

Pakar kesehatan di NYU Brain Research Laboratories setuju bahwa mendengarkan musik yang menenangkan atau membacakan puisi untuk bayi Anda sejak ia masih dalam rahim dapat berguna untuk meningkatkan kemampuan menulis, membaca dan bahasa bayi kelak.

2. Makan makanan yang sehat

Membuat pilihan makan yang tepat tidak hanya akan menguntungkan ibu hamil tetapi juga memiliki dampak positif pada perkembangan bayi. Makanan tinggi lemak omega-3 (nabati) dan turunannya (DHA) meningkatkan perkembangan otak bayi.

Ikan berlemak seperti tuna, salmon, ikan herring, minyak ikan, dan hati yang tinggi omega-3, serta unggas dan kuning telur dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan DHA. Makanan tinggi asam folat, yang meliputi buah jeruk, brokoli, hati, sayuran berdaun hijau dan kacang-kacangan menghilangkan risiko cacat saraf otak dan tulang belakang pada bayi.

3. Merangsang bayi

Studi Journal of the American Academy of Child & Adolescent Psychology menyarankan bahwa cahaya redup bisa merangsang bayi saat diletakkan dekat dengan perut ibu. Jangan memberi bayi cahaya terang langsung di perut karena dapat membahayakan mata bayi.

Anda akan merasakan responsnya ketika merasakan ada gerakan menendang atau bergerak dari dalam perut. Menyentuh perut dengan lembut juga merupakan cara lain untuk merangsang si buah hati.

4. Hindari stres

Hindari stres karena dapat berdampak negatif pada perkembangan bayi. Jika Anda stres dan cemas, ada kemungkinan akan membuat bayi cemas juga karena Anda berbagi hormon dengannya. Untuk menghindari stres, praktikkan latihan relaksasi atau yoga prenatal.

5. Hentikan kebiasaan tak sehat

Berhentilah merokok, minum alkohol atau mengonsumsi obat-obatan karena dapat menghambat perkembangan otak bayi, menurut sebuah studi yang dilakukan di Moffitt Cancer Center.

Disadur dari http://health.detik.com

el Tubuh Jadi Rakus Bila Gizi 1.000 Hari Pertama Anak Tak Terpenuhi

Jakarta, Kunci untuk kehidupan masa depan si anak adalah di awal-awal hidupnya yakni 1000 hari pertama. Bila gizi 1.000 hari pertama kehidupan ini tidak terpenuhi dengan baik, maka sel-sel tubuh akan berubah menjadi rakus gizi. Apa dampaknya?

1.000 Hari pertama kehidupan anak, yakni sejak di dalam kandungan (9 bulan) hingga ia berumur 2 tahun, merupakan kunci untuk menentukan status gizi, kesehatan dan peluang masa depan anak.

"Kalau pada 1.000 hari pertama kehidupan anak gagal mendapatkan gizi yang baik, maka DNA-nya berubah menjadi rakus gizi," jelas Prof. dr. Fasli Jalal, SpGK, PhD, dari Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI), dalam acara Seminar Gizi Nasional dengan tema 'Mewujudkan Gizi Seimbang untuk Mengatasi Masalah Gizi Ganda' dalam rangka Hari Gizi Nasional 2013, di Balai Kartini, Jakarta, Senin (25/2/2013).

Prof Fasli menjelaskan, ketika anak kekurangan gizi sejak dalam kandungan, ia bisa lahir dengan berbagai masalah kesehatan, seperti prematur dan berat lahir kecil. Akibatnya, anak bisa tumbuh dengan tubuh pendek (stunting).

"Setelah melewati masa kurang gizi, akan terjadi rekayasa sel-sel DNA yang membuatnya rakus gizi. Akibatnya, tubuh anak akan lebih mudah gemuk tapi pendek. Bila makanan tertentu oleh anak normal tidak akan bikin gemuk, pada anak stunting (pendek) akan menyebabkan kegemukan," tutur Prof Fasli, yang pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Pendidikan Nasional.

Kondisi ini akan membuat anak-anak dengan tubuh pendek lebih berisiko mengalami berbagai penyakit degeneratif berbahaya saat dewasa, seperti hipertensi (tekanan darah tinggi), penyakit jantung, diabetes dan penyakit pembuluh darah lainnya.

Kurang gizi juga akan membuat otak anak tak berkembang dengan baik. Anak-anak akan memiliki IQ rendah dan menurunkan produktivitasnya. Prof Fasli mengatakan, Indonesia anak kehilangan 200 juta IQ bila banyak anak-anak yang lahir dalam kondisi kurang gizi.

"Kita tentu tidak ingin anak-anak kita memiliki otak kosong dan menjadi beban dari masyarakat," jelas Prof Fasli.

 Diambil dari http://health.detik.com