Jakarta, Kunci untuk kehidupan masa depan si anak
adalah di awal-awal hidupnya yakni 1000 hari pertama. Bila gizi 1.000
hari pertama kehidupan ini tidak terpenuhi dengan baik, maka sel-sel
tubuh akan berubah menjadi rakus gizi. Apa dampaknya?
1.000 Hari
pertama kehidupan anak, yakni sejak di dalam kandungan (9 bulan) hingga
ia berumur 2 tahun, merupakan kunci untuk menentukan status gizi,
kesehatan dan peluang masa depan anak.
"Kalau pada 1.000 hari
pertama kehidupan anak gagal mendapatkan gizi yang baik, maka DNA-nya
berubah menjadi rakus gizi," jelas Prof. dr. Fasli Jalal, SpGK, PhD,
dari Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI), dalam acara
Seminar Gizi Nasional dengan tema 'Mewujudkan Gizi Seimbang untuk
Mengatasi Masalah Gizi Ganda' dalam rangka Hari Gizi Nasional 2013, di
Balai Kartini, Jakarta, Senin (25/2/2013).
Prof Fasli
menjelaskan, ketika anak kekurangan gizi sejak dalam kandungan, ia bisa
lahir dengan berbagai masalah kesehatan, seperti prematur dan berat
lahir kecil. Akibatnya, anak bisa tumbuh dengan tubuh pendek (stunting).
"Setelah
melewati masa kurang gizi, akan terjadi rekayasa sel-sel DNA yang
membuatnya rakus gizi. Akibatnya, tubuh anak akan lebih mudah gemuk tapi
pendek. Bila makanan tertentu oleh anak normal tidak akan bikin gemuk,
pada anak stunting (pendek) akan menyebabkan kegemukan," tutur Prof
Fasli, yang pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Pendidikan Nasional.
Kondisi
ini akan membuat anak-anak dengan tubuh pendek lebih berisiko mengalami
berbagai penyakit degeneratif berbahaya saat dewasa, seperti hipertensi
(tekanan darah tinggi), penyakit jantung, diabetes dan penyakit
pembuluh darah lainnya.
Kurang gizi juga akan membuat otak anak
tak berkembang dengan baik. Anak-anak akan memiliki IQ rendah dan
menurunkan produktivitasnya. Prof Fasli mengatakan, Indonesia anak
kehilangan 200 juta IQ bila banyak anak-anak yang lahir dalam kondisi
kurang gizi.
"Kita tentu tidak ingin anak-anak kita memiliki otak kosong dan menjadi beban dari masyarakat," jelas Prof Fasli.
Diambil dari http://health.detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar