Rabu, 27 Februari 2013

el Tubuh Jadi Rakus Bila Gizi 1.000 Hari Pertama Anak Tak Terpenuhi

Jakarta, Kunci untuk kehidupan masa depan si anak adalah di awal-awal hidupnya yakni 1000 hari pertama. Bila gizi 1.000 hari pertama kehidupan ini tidak terpenuhi dengan baik, maka sel-sel tubuh akan berubah menjadi rakus gizi. Apa dampaknya?

1.000 Hari pertama kehidupan anak, yakni sejak di dalam kandungan (9 bulan) hingga ia berumur 2 tahun, merupakan kunci untuk menentukan status gizi, kesehatan dan peluang masa depan anak.

"Kalau pada 1.000 hari pertama kehidupan anak gagal mendapatkan gizi yang baik, maka DNA-nya berubah menjadi rakus gizi," jelas Prof. dr. Fasli Jalal, SpGK, PhD, dari Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI), dalam acara Seminar Gizi Nasional dengan tema 'Mewujudkan Gizi Seimbang untuk Mengatasi Masalah Gizi Ganda' dalam rangka Hari Gizi Nasional 2013, di Balai Kartini, Jakarta, Senin (25/2/2013).

Prof Fasli menjelaskan, ketika anak kekurangan gizi sejak dalam kandungan, ia bisa lahir dengan berbagai masalah kesehatan, seperti prematur dan berat lahir kecil. Akibatnya, anak bisa tumbuh dengan tubuh pendek (stunting).

"Setelah melewati masa kurang gizi, akan terjadi rekayasa sel-sel DNA yang membuatnya rakus gizi. Akibatnya, tubuh anak akan lebih mudah gemuk tapi pendek. Bila makanan tertentu oleh anak normal tidak akan bikin gemuk, pada anak stunting (pendek) akan menyebabkan kegemukan," tutur Prof Fasli, yang pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Pendidikan Nasional.

Kondisi ini akan membuat anak-anak dengan tubuh pendek lebih berisiko mengalami berbagai penyakit degeneratif berbahaya saat dewasa, seperti hipertensi (tekanan darah tinggi), penyakit jantung, diabetes dan penyakit pembuluh darah lainnya.

Kurang gizi juga akan membuat otak anak tak berkembang dengan baik. Anak-anak akan memiliki IQ rendah dan menurunkan produktivitasnya. Prof Fasli mengatakan, Indonesia anak kehilangan 200 juta IQ bila banyak anak-anak yang lahir dalam kondisi kurang gizi.

"Kita tentu tidak ingin anak-anak kita memiliki otak kosong dan menjadi beban dari masyarakat," jelas Prof Fasli.

 Diambil dari http://health.detik.com

Tidak ada komentar: